Aset Produktif vs Aset Konsumtif, bagian 1

By Moneesa | Keuangan | February 17, 2020

Aset Produktif vs Aset Konsumtif, bagian 1

Kebanyakan orang pasti sudah memiliki harta atau aset. Kebanyak orang berfikir bahwa yang namanya harta atau asset harus berupa kendaraan bermotor, tanah, rumah tempat tinggal. Padahal asset lain yang mungkin secara fisik tidak terlalu besar atau secara nominal tidak mahal seperti televisi LED, kulkas, kompor, baju, telepon seluler, sepatu, baju, tas, perabotan rumah dan lain sebagainya masih termasuk kedalam golongan aset.  

Anda mungkin saja tidak menganggap baju yang Anda kenakan sehari-hari sebagai aset, namun pada hakikatnya itu adalah harta Anda. Anda tentu membelinya menggunakan uang bukan? Artinya baju Anda ada nilainya. Jika Anda menjual baju tersebut di pasar loak mungkin masih laku dan Anda mendapatkan uang dari penjualan baju Anda. Contoh lain adalah gadget Anda, harganya cukup mahal bukan? Kalau Anda jual kembali, masih ada nilainya tidak? Tentu masih ada, walaupun memang nilainya menurun cukup banyak. Ada juga aset yang nilainya meningkat apabila kita jual. Contoh mudahnya adalah tanah. Rumah pun demikian, Anda membeli rumah di harga 250 juta di tahun 2008, saat ini jika Anda menjual kembali rumah tersebut, harga pasarannya bisa mencapai 450 jutaan.

Jika dalam laporan keuangan suatu perusahaan kita biasa membagi aset ke dalam kategori aset lancar dan aset tetap, maka dalam dunia perencanaan keuangan keluarga, selain ke dalam kedua kategori tersebut, ada juga kategori asset guna yaitu asset yang kita pakai atau pergunakan untuk sehari-hari dan asset investasi yang kita pergunakan sebagai tempat kita berinvestasi. Selain itu aset juga dapat dibagi ke dalam kategori aset produktif dan aset konsumtif. Untuk artikel kali ini kita kan membahas asset produktif vs. asset konsumtif

Aset produktif adalah aset yang mampu menghasilkan uang kembali. Ataupun apabila aset tersebut tidak menghasilkan uang (cash flow), namun di masa depan nilai dari asset tersebut akan terus meningkat. Sebaliknya aset konsumtif tidaklah menghasilkan uang, serta nilainya menurun seiring waktu. Okelah aset konsumtif dapat menghasilkan kepuasan untuk konsumennya, namun yang kita bicarakan di sini tentu aset yang menghasilkan uang, atau nilai aset bila dijual kembali lebih tinggi dibandingkan pada saat kita membelinya.

Mari kita tengok contoh masing-masing jenis aset. Contoh aset produktif adalah rumah tinggal Anda, selain masuk kedalam kategori asset produktif rumah tinggal juga masuk kedalam asset guna. Walaupun tidak menghasilkan, namun nilainya dari tahun ke tahun meningkat. Contoh asset berikutnya adalah mobil rental, Anda membeli mobil kemudian Anda sewakan, atau dijadikan taxi online, kemudian dari hasil sewanya Anda bisa mencicil biaya kreditnya dan sisanya masuk kantong Anda,sehingga nanti di akhir masa kredit mobil akan menjadi milik Anda. Saham, Anda memiliki 10 lot saham Unilever Indonesia, maka setiap tahun Anda akan mendapatkan pembagian dividen dan juga mendapat potensi keuntungan dari kenaikan harga saham Unilever Indonesia.

Sedangkan aset konsumtif contohnya adalah gadget Anda. Anda menggunakan gadget Anda hanya untuk berkomunikasi. Nilainya pun menurun apabila Anda hendak menjualnya. Kemudian mobil yang Anda gunakan sehari-hari. Walaupun Anda membelinya dalam kondisi baru. Namun jika Anda menjualnya 3 bulan kemudian maka statusnya sudah menjadi mobil bekas, nilainya pun menurun. Kecuali mobil Anda adalah mobil antik, nilainya bisa bertahan dan bahkan naik. Kemudian baju, sepatu, alat fitness dan lain sebagainya, nilainya semua menurun seiring waktu.

Sampai sini dulu, paham yaaaa?